Air
Ber-oksigen Tak Berdampak pada Kebugaran
Semakin banyaknya produk air kemasan botol dengan metode
menggunakan klaim kelebihan air beroksigen dibandingkan dengan air mineral
biasa nampaknya mengalami masalah klarifikasi bidang fisiologi. Pada 2010 lalu,
beberapa ahli kesehatan menerbitkan hasil penelitiannya yang mengungkapkan
bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kandungan air yang berisi oksigen
dibandingkan dengan air biasa, terutama terkait dampaknya bagi kebugaran peminumnya.
Dr.
Howard G. Knuttgen, Ph.D., seorang profesor Kinesiologi dari Pennsylvania State
University menggambarkan “air beroksigen” sebagai tipuan murni tanpa landasan
ilmu fisiologi sama sekali.
“Sebagian
besar oksigen dalam air akan terlepas ke atmosfer ketika Anda membuka tutup
botol. Oksigen tambahan akan diserap ke dalam sel-sel di dinding usus. Semua
ini akan terjadi sebelum oksigen sampai ke darah, bahkan belum menyentuh otot.”
kata Knuttgen seperti ditulis thefactsaboutfitness.com.
Sebelas
orang dewasa (umur antara 20-35) diminta untuk melakukan latihan dengan sepeda
statis pada dua hari tertentu yang berjarak waktu 3 hari. Lima menit sebelum
latihan, mereka diminta meminum salah satu, air oksigen atau air biasa.
Berdasarkan instrumen pengukuran tertentu, tidak ditunjukkan perbedaan kualitas
latihan antara orang-orang yang meminum air beroksigen dengan yang meminum air
biasa.
Jurnal
penelitian tersebut menulis:
“Udara adalah 20,9 oksigen, dan seorang manusia normal dalam satu
tarikan napas yang menyerap sekitar 500 mL, sekitar 100 mL adalah oksigen.
Jadi, setiap hirupan udara melalui satu tarikan napas mengandung lebih banyak
oksigen daripada sebotol air beroksigen. Misalkan hemoglobin sudah mengikat oksigen bahkan
saat bernapas, dan hanya sebagian kecil dari oksigen tersebut menyebar ke
bagian plasma, jadi tidak mengejutkan jika air beroksigen tidak meningkatkan
kinerja tubuh.”
Para
peneliti di University of Wiscounsin melaporkan hasil yang hampir sama.
Dua
belas mahasiswa diminta untuk meminum sekitar 500 mL “super-oxygenated water”
Aqua Rush atau air biasa. Mereka kemudian diminta untuk melakukan latihan di
atas treadmill selama
beberapa waktu tertentu. Hasilnya sama, yaitu tidak nampak perbedaan
gejala-gejala kebugaran tubuh mereka saat sedang latihan, atau saat
beristirahat setelahnya.
“Sekali
dikonsumsi, air diserap ke dalam aliran darah melewati saluran usus. Besar
kemungkinan bahwa sel-sel pada usus tersebut menggunakan oksigen tambahan.”
kata penulis hasil riset tersebut. “Bahkan jika oksegen diserap, maka
diserapnya mengarah ke darah di pembuluh vena, di mana dari sana akan kembali
ke paru-paru guna siklus pernapasan, bukan ke otot-otot aktif.”
Berbagai
penelitian tersebut mengungkapkan satu kesimpulan yang sama, bahwa oksigen utama
dalam produk air beroksigen sejatinya sudah terlepas ke udara saat tutup
kemasan dibuka oleh konsumen. Singkatnya, sangat kecil (kalaupun ada) bukti
yang relevan bisa menunjukkan bahwa air beroksigen memberikan pengaruh
signifikan terhadap kebugaran peminumnya.
Dokter: Manusia
Tak Butuh Air Oksigen, Cuma Ikan yang Perlu
Jakarta, Selama ini banyak diklaim
air oksigen atau air heksagonal bisa menyegarkan dan memberi manfaat bagi
tubuh. Benarkah air yang mengandung oksigen ini bermanfaat bagi tubuh?
"Pada manusia oksigen hanya bisa diserap oleh paru-paru dan tidak bisa diperut, jadi air oksigen tidak memberikan manfaat lebih," ujar Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH dari divisi ginjal hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dalam acara konferensi pers Hydration and Health di Hotel Gran Sahid Jaya, Jumat (18/3/2011).
Dr Parlindungan menuturkan sempat ada joke yang mengungkapkan 'Kalau Anda bukan ikan, tidak perlu minum air beroksigen'. Hal ini karena ikan bisa menyerap oksigen yang ada di dalam air melalui insangnya, sedangkan manusia tidak bisa.
"Karena itu apa pun yang ditawarkan sebenarnya sama saja, asalkan air putih yang dikonsumsi sudah cukup akan berdampak baik bagi kesehatan," ujar dokter yang mendapat gelar Doktor dari FKUI pada tahun 2008.
Dr Parlindungan mengungkapkan sedangkan untuk air yang difortifikasi (ditambahkan) dengan kandungan lainnya akan memberikan dampak yang tidak baik jika dikonsumsi secara berlebihan. Misalnya air bikarbonat yang diklaim bisa membuat awet muda akan berbahaya jika berlebihan, dan evidence base(dasar pembuktian) untuk hal ini juga masih rendah.
Konsumsi air yang cukup pada orang dewasa dalam keadaan normal (suhu tubuh dan lingkungan) sebanyak 2 liter dalam waktu 24 jam. Asupan ini harus ditambah jika memiliki latihan fisik yang tinggi, demam, serta suhu lingkungan yang tinggi.
"Jika berada di lingkungan yang dingin juga dianjurkan untuk minum lebih banyak karena banyak mengeluarkan air melalui urine dan pernapasan. Kalau keringat mungkin tidak terlihat karena ia sudah terlanjur menguap sebelum kelihatan," ujarnya.
Sementara itu Dr dr Saptawati Bardosono, MSc menuturkan tubuh tidak bisa menyimpan cadangan air, sedangkan air yang diproduksi di dalam tubuh hanya seperlimanya saja dan paling banyak berasal dari asupan air minum.
"Kalau sudah timbul rasa haus itu menandakan tubuh sudah kekurangan cairan dan umumnya perempuan lebih rentan terkena dehidrasi dibanding laki-laki karena lebih banyak mengandung lemak," ujar Dr Tati.
Secara klinis dehidrasi ringan terjadi jika tubuh kekurangan 3-9 persen cairan tubuh, sedangkan dehidrasi berat jika tubuh kekurangan lebih dari 9 persen cairan tubuh.
Tapi dalam satu studi diketahui kekurangan cairan tubuh sebesar 1,3 persen pada perempuan dan 1,5 persen pada laki-laki sudah menimbulkan gejala dehidrasi seperti penurunan fungsi kognitif, aktivitas terganggu dan lelah.
"Untuk mencegah dehidrasi sebaiknya tiap 1-2 jam sekali minum satu gelas air biar tidak cepat tensi (marah-marah)," ujar Dr Tati dari Departemen Ilmu Gizi FKUI.
"Pada manusia oksigen hanya bisa diserap oleh paru-paru dan tidak bisa diperut, jadi air oksigen tidak memberikan manfaat lebih," ujar Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH dari divisi ginjal hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dalam acara konferensi pers Hydration and Health di Hotel Gran Sahid Jaya, Jumat (18/3/2011).
Dr Parlindungan menuturkan sempat ada joke yang mengungkapkan 'Kalau Anda bukan ikan, tidak perlu minum air beroksigen'. Hal ini karena ikan bisa menyerap oksigen yang ada di dalam air melalui insangnya, sedangkan manusia tidak bisa.
"Karena itu apa pun yang ditawarkan sebenarnya sama saja, asalkan air putih yang dikonsumsi sudah cukup akan berdampak baik bagi kesehatan," ujar dokter yang mendapat gelar Doktor dari FKUI pada tahun 2008.
Dr Parlindungan mengungkapkan sedangkan untuk air yang difortifikasi (ditambahkan) dengan kandungan lainnya akan memberikan dampak yang tidak baik jika dikonsumsi secara berlebihan. Misalnya air bikarbonat yang diklaim bisa membuat awet muda akan berbahaya jika berlebihan, dan evidence base(dasar pembuktian) untuk hal ini juga masih rendah.
Konsumsi air yang cukup pada orang dewasa dalam keadaan normal (suhu tubuh dan lingkungan) sebanyak 2 liter dalam waktu 24 jam. Asupan ini harus ditambah jika memiliki latihan fisik yang tinggi, demam, serta suhu lingkungan yang tinggi.
"Jika berada di lingkungan yang dingin juga dianjurkan untuk minum lebih banyak karena banyak mengeluarkan air melalui urine dan pernapasan. Kalau keringat mungkin tidak terlihat karena ia sudah terlanjur menguap sebelum kelihatan," ujarnya.
Sementara itu Dr dr Saptawati Bardosono, MSc menuturkan tubuh tidak bisa menyimpan cadangan air, sedangkan air yang diproduksi di dalam tubuh hanya seperlimanya saja dan paling banyak berasal dari asupan air minum.
"Kalau sudah timbul rasa haus itu menandakan tubuh sudah kekurangan cairan dan umumnya perempuan lebih rentan terkena dehidrasi dibanding laki-laki karena lebih banyak mengandung lemak," ujar Dr Tati.
Secara klinis dehidrasi ringan terjadi jika tubuh kekurangan 3-9 persen cairan tubuh, sedangkan dehidrasi berat jika tubuh kekurangan lebih dari 9 persen cairan tubuh.
Tapi dalam satu studi diketahui kekurangan cairan tubuh sebesar 1,3 persen pada perempuan dan 1,5 persen pada laki-laki sudah menimbulkan gejala dehidrasi seperti penurunan fungsi kognitif, aktivitas terganggu dan lelah.
"Untuk mencegah dehidrasi sebaiknya tiap 1-2 jam sekali minum satu gelas air biar tidak cepat tensi (marah-marah)," ujar Dr Tati dari Departemen Ilmu Gizi FKUI.
Minuman Berfortifikasi Belum Tentu Bermanfaat
Kompas.com - Dengan klaim lebih baik daripada air biasa, kini
berbagai jenis air minum dalam kemasan menyerbu pasaran. Ada air yang
difortifikasi dengan vitamin, minuman isotonik, minuman berenergi, hingga
minuman beroksigen atau minuman heksagonal.
Orang-orang yang mengonsumsi minuman tersebut juga mengaku merasa
lebih bugar, tidak gampang capek dan lebih berkonsentrasi.
Menanggapi tren minuman berfortifikasi tersebut, dr.Parlindungan
Siregar, Sp.PD-KGH, dari Divisi Ginjal Hipertensi FKUI/RSCM menilai sebenarnya
air putih yang kita konsumsi sehari-hari sudah cukup untuk menggantikan cairan
yang keluar bersama keringan dan urin.
"Manfaat air minum yang ditambahi itu sebenarnya belum
terbukti secara ilmiah. Mungkin bukannya sehat malah berbahaya jika dikonsumsi
secara sembarangan," kata dr.Parlin.
Air beroksigen misalnya, menurutnya oksigen tidak bisa diserap di
usus. "Manusia memperoleh oksigen melalui paru, bukan melalui insang
seperti ikan, sehingga minuman beroksigen tidak akan memengaruhi kadar oksigen
dalam darah manusia," katanya.
Pada dasarnya semua air minum mengandung oksigen terlarut, tetapi
besar kecilnya tergantung suhu air, total padatan dan sumber air. Air yang
berasal dari pegunungan yang dingin mengandung oksigen lebih banyak sehingga
terasa lebih segar saat diminum.
Sebuah penelitian terhadap salah satu merk air minum beroksigen
juga memperlihatkan, setelah dibuka selama 3 hari, kandungan oksigen yang
semula 120 ppm turun menjadi 80 ppm. Itu berarti air beroksigen atau air
heksagonal pun akhirnya berubah menjadi air minum biasa.
"Kestabilan kadar oksigen dalam air sangat rendan dan faktor
temperatur memegang penting. Makin tinggi suhunya, besar kemungkinan oksigen
dalam air berkurang," kata dr.Samuel Oetoro Sp.GK, seperti dikutip tabloid
Gaya Hidup Sehat edisi 603 tahun 2011.
Sementara itu untuk minuman isotonik sebenarnya tidak boleh
dikonsumsi sembarangan karena isotonik pada dasarnya mengandung garam. Apabila
berlebihan, kadar garam dalam tubuh akan menyebabkan tekanan darah tinggi atau
hipertensi.
Minuman-minuman dalam kemasan juga kebanyakan mengandung kalori
tinggi sehingga bisa menyebabkan kegemukan. Karena itu lebih disarankan untuk
mengonsumsi air putih biasa saat kita sedang haus.
"Begitu haus sebaiknya langsung minum karena rasa haus
merupakan sinyal dari tubuh kalau kita sudah mulai dehidrasi ringan. Jika
diabaikan hal ini bisa mengganggu kemampuan kognitif sehingga kita bisa
kehilangan konsentrasi atau mengantuk," tutur dr.Saptawati Bardosono,
Sp.GK.
0 comments:
Post a Comment